SANGATTA – PD Muhammadiyah Kutai Timur (Kutim) menggelar pelaksanaan Salat Idulfitri 1444 H pagi ini di lima titik, satu di antaranya di halaman Kantor Kecamatan Sangatta Utara, Jumat (21/4/2023). Di lokasi, jemaah dari berbagai kalangan usia sudah berdatangan sejak pukul 05.30 WITA.
Tampak barisan untuk jemaah perempuan dan laki-laki memadati halaman tersebut. Mereka yang melaksanan salat menggunakan alas terpal dan karpet untuk menjaga kesucian dalam beribadah. Salat pun dilaksanakan tepat pukul 07.00 WITA. Suasana Salat Idulfitri berlangsung khusyuk, dan didampingi aparat dari TNI yang bersiaga di lokasi. Sekira 12 menit berselang, Salat Idulfitri di lokasi ini pun rampung dan berjalan lancar. Dilanjutkan mendengarkan ceramah dan pesan dari khatib.
Sebelumnya, Camat Sangatta Utara Hasdiah membacakan sambutan Bupati Kutim Ardiansyah Sulaiman. Ia mengatakan salah satu hikmah Idulfitri adalah saling memaafkan, bukan hanya sekadar ucapan yang menjadi tradisi. Tetapi kefitrian ini, harus membentuk untuk selalu menjalin tali silahturahim di antara sesama manusia. Pererat persaudaraan yang didasari oleh kesatuan dan persatuan yang kokoh, serta nafas iman dan Islam sebagai pegangan dalam kehidupan sehari-hari.
“Marilah di hari yang mulia ini kita saling maaf-memaafkan satu sama lain, atas segala kesalahan dan kekhilafan kita,” pesan Bupati. Kepada seluruh warga Kutim, orang nomor satu di Pemkab Kutim itu menyampaikan permohonan maaf atas kekhilafan, kealpaan dan kesalahan yang mungkin telah diperbuat baik disengaja maupun tidak disengaja. Ia pun mengajak seluruh pihak menjaga kerukunan umat beragama, lestarikan dan perkuat persaudaraan, baik persaudaraan sesama agama Islam, persaudaraan sebangsa dan se-Tanah Air dan persaudaraan sesama manusia.
“Akhirnya, sekali lagi atas nama pribadi, keluarga dan pemerintah daerah Kabupaten Kutim, saya mengucapkan Selamat Merayakan Idulfitri 1 Syawal 1444 Hijriyah, Minal Aidin Wal Faidzin, Mohon Maaf lahir dan Batin,” urainya. Sementara itu, dalam khutbahnya KH Suyuti menyampaikan, tiga wujud ketaqwaan. Pertama adalah sidiq atau bersikap jujur. Jadi selama beribadah di bulan Ramadan melakukan puasa tak mungkin bisa berbohong.
“Pendidikan kejujuran dalam berpuasa itu sangat tinggi. Sebab kejujuran adalah kunci kebaikan,” ucap Suyuti yang juga menjabat Ketua PD Muhammadiyah Kutim.
Kemudian yang kedua adalah sifat waro artinya orang yang menjaga diri dari hal-hal yang dilarang Allah SWT. Penekanannya adalah saat di bulan puasa orang-orang itu mampu menahan nafsu memakan dan meminum barang-barang yang haram. “Dan yang ketiga adalah dengan puasa wujud ketaqwaan menjadi pribadi yang pemaaf dan memaafkan,” jelasnya. Terakhir, ia berharap dengan memiliki tiga ketaqwaan ini, mudah-mudahan menjadi pribadi yang baik dan pribadi yang disenangi oleh siapa saja.